J A H I L I Y A H
Budaya menjadi penutupnya, pengakuan dunia menjadi sandarannya, tradisi yang
semu penuh basa-basi menjadi suguhan disetiap kehidupan yang dilaluinya.
membodohi diri sendiri dan orang yang melihatnya seakan berjalan tanpa rasa malu
dan kesadaran akan setiap perkataan dan tindakannya. Matanya sudah tertutup dari
pandangan nilai-nilai fitrah sebagai makhluk ciptaan, Pendengarannya tersamarkan
dari penglihatan dan pengamatan Rakib dan Atit/Yamin dan Syimal (QS
Qaaf ayat 16-19=إِذْ يَتَلَقَّى
الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ-مَا يَلْفِظُ
مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ=ketika
dua sosok malaikat Yamin dan Syimal mencatat segala amalnya, apapun yang
diucapkannya akan ada yang selalu mengawasinya)
Pikirannya sudah terancui budaya dan tradisi dunia fana yang dibuatnya sendiri
bersama orang-orang yang melupakan asal-usulnya sebagai manusia(QS
Al Mu'minuun ayat 115=أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ=apakah
kamu mengira Allah menciptakanmu utk bermain-main? dan takkan kembali pada-Nya?)
bukan Adam dan Hawa yang dia jadikan panutannya sebagai manusia pertama/khalifah yang membawa ajaran samawat, dan mengenalkan budaya samawat(Islam)
yang bersumber dari Sang Maha Aku yang memiliki kekuasaan mutlak diatas
segalanya(Allah). Hai bani Adam sadarlah, kemana rasa malumu, dan balutlah
dirimu dengan pakaian Takwamu(QS Al A'raaf
ayat 26=لِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ=pakaian
takwa itulah sebaik-baiknya pakaian), Imanmu, dan Ilmu yang kau
pelajari dari petunjuk hidup dan kehidupan manusia(Kitabullah). Cerminkanlah
dalam setiap gerak kehidupanmu Sunnah para Rosul-Rosul Allah bukan menusia yang
memecah belahkan(QS Ar Ruum ayat 31-32)
dari satu Nabi ke Nabi lain, bukan manusia yang menutupi dan membelokan ajaran
dan agama menjadi berbeda-beda, bukan pula al kitab(merubah Taurat, Zabur dan
Injil) yang dibuat oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Berhentilah dari
permainanmu, sadarlah dari kebodohanmu, jangan kau jadikan agamamu itu mainan(QS
Al An'aam ayat 70), bermainlah diduniamu ditempat yang semestinya,
bukan dalam dakwah, bukan dalam menyampaikan ayat, bukan juga di Tuhanmu, sebab
yang tersebut diatas bukan tempat bermain, bukan ajang permainan(QS At Taubah ayat 65),
ketika semua manusia menganggap perkataan dan gurauannya hanya sekedar, maka
ketika itulah dia sudah terbawa kedalam zhulumat(kegelapan) yang kegelapan
tersebut tak disadarinya, disaat semua kita memaklumi gurauan yang terus menerus,
disaat perkataan ataupun ucapan yang tanpa ilmu bisa dimaklumi, itulah ciri dari
ke Jahiliyahan yang sudah mendarah daging dan menjadi budaya, menganggap semua
perbuatan yang sebenarnya tak disadarinya, bahwa dia telah membohongi dan
membodohi diri sendiri. Inilah kondisi dunia saat ini, memperlihatkan kesuksesan
dalam penilaian yang kerdil dan salah, sebab ditentukan dan disandarkan
berdasarkan material, fisik dan jabatan semata(QS
Asy Syu'araa' ayat 128-135). Tradisi
budaya moderenisasi dijadikan ajang tanding keberhasilan, tekhnologi cangih yang
selalu dianggarkan, kekejaman dan penyiksaan sudah dianggap konsekwensi hidup, "Maka
inilah ciri manusia yang sudah sesat dan menyesatkan, inilah ciri penghuni
nereka, inilah akibat ilmu sudah digantikan, ini gambaran manusia yang mencoba
mengendalikan dan mengantikan hukum alam/sunnatullah. Betapa sudah kelirunya
manusia saat ini, ilmu yang merupakan wibawa/kharisma/nama besar manusia sudah
terlupakan dan tergantikan, ilmu yang semula menjadi penilaian profesioanalisme
seseorang berganti wujud menjadi materi dan pengakuan dunia(QS
Al Hajj ayat 3 dan
Surat Luqman ayat 6). Banyak diantara kita
melupakan betapa pentingnya sebuah ilmu yang sudah jadi pengalaman atau
sebaliknya pengalaman yang menjadikan ilmu(QS
Yusuf ayat 3) yang ilmu itu bersumber dari petunjuk yang jelas,
petunjuk yang membimbing Sang Hataman Nabiyin menjadi sosok yang berahklak
mulia dan berilmu, tidak lain tidak bukan ialah Al Quran, Kitabullah yang sudah
dia titipkan untuk umatnya agar selalu mempelajari,memperdalam dan mencari
sumber ilmu lewat Kitab tersebut. Ketidak tahuan bukan menjadi alasan untuk mau
mempelajari, keterbatasan jangan dijadikan kambing hitam. Bila para ulama/ahli
tafsir saja bisa mempelajarinya, tentu kita juga bisa jika memang kita
mengingininya apalagi saat ini sudah banyak buku panduan, system dan cara
mempelajari Al Quran lafazh per lafazh ta'rif per ta'rif dan kalimat per
kalimat(Ilmu Nahwu,Balagho dan Mantik). "Bayangkan kitika seseorang yang sedang
sakit giginya harus berobat kepada dokter yang salah atau tidak berilmu didalam
bidangnya" sakit gigi kok kedoktor kandungan". Selanjutnya akan datang hidayah/petunjuk/bimbingan
yang memandu untuk beraktifitas, berkata, dan beramal, maka inilah manusia yang
memilki tanggung jawab. Hal
tersebut sudah wajib dimiliki seorang manusia apalagi dia adalah Pemimpin, Imam,
Pendakwah dan Tokoh umat, sebab jika hal yang menjadi wajib tersebut tidak
dimiliki oleh mereka pastilah akhirnya bisa mengarah pada sesuatu yang salah dan
menyimpang dari yang semestinya/selayaknya dan sepantasnya. Inilah kondisi umat
manusia
saat ini, inilah kenyataan dunia yang konon katanya moderenisasi dan maju
tapi melupakan asal-usulnya, menanggalkan nilai-nilai hassanah sebagai budaya
kehidupan, melepaskan diri dari sejarah munculnya peradaban manusia dibumi,
menyembunyikan sesuatu yang sebenarnya kosong seakan berisi, sesuatu yang
dibuat-buat dengan tatanan panggung seakan menjadi nyata. Mengatakan yang belum
dibuktikan lewat hidupnya menjadi sebuah pengalaman kemudian mengkemasnya
menjadi seakan-akan itulah kebanaran, itulah kenyatan dan itulah yang harus
dicontoh semua orang. Tidak jadi ukuran orang yang bisa tampil/show time seakan
dia seperti penampilannya, Tidak menjadi tolak ukur orang yang pintar bicara dan
mampu mengkemas kata seolah dia benar dan itulah kebenaran(QS
Al Maa'idah ayat 41). Sebab kebenaran hanya datang kepada orang yang
berilmu, berjihad melawan ego/hawa, bersyukur dalam semua kondisi. Semua itu
hanya bisa didapat dan diraih bagi mereka yang mau perduli dan mempelajarinya
lewat sumber yang sudah ditetapkan Allah yaitu Kitabullah dan Sunnah
para Rosul(QS Ar Ra'd ayat 1+Al
Ahqaaf ayat 12 dan
Ash Shaff ayat 6). Jika anda bertanya lantas apa hubungan
judul/tema dengan isinya? Jahiliyah dari kata:
خهل-يخهل-خهلا-خاهلة=Jahil, Tak berilmu, Bodoh. Ini arti secara bentukan
katanya. Jahiliyah sesuatu yang semu tak berilmu dan kebodohan yang tak disadari.
Tak ada kebaikan pada unsur Jahiliyah, tak bernilai apa-apa bila hidup dalam
kejahiliyahan, sebagai ta'rif lihat Q.S Al Maa'idah ayat 50 dan Q.S Al Ahzab
ayat 33. Dari kesemua Tandzil Surat dan Ayat yang ada kata/lafazh Jahiliyah
semuanya dalam periode/episode atau sikon Madinah. Yang artinya masa
kejahiliyahan bila ditelaah berdasarkan Sunnah Nabi tentu yang dimaksud
Jahiliyah yaitu sikon/kehidupan yang gelap tanpa cahaya, kebodohan tanpa ilmu,
ketidak jelasan dari satu sikon Mekkah ke Madinah dari Zhulumat illa Nuwr, tentu
Kejahiliyahan akan hilang dan berganti ketika seseorang Hijrah dari satu kondisi
menuju kondisi lain. Ini juga yang dimaksud berjihad melawan hawa nafsu,
Keinginan yang berlebih, keakuan yang mengalahkan penilaian Allah. Ini yang
harus disadari setiap insan dalam kedudukannya sebagai Abdi, Mu'min dan Muslim.
Author by Fardhie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar