السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semua orang menginginkan pemimpin yang baik,jujur dan memiliki tanggung jawab dalam istilah lain amanah, semua orang pasti bisa mengatakan baik ataupun amanah, namun apa dan bagaimana menentukan kriteria seorang pemimpin tersebut? apakah karena dia memilki keturunan yang banyak? apakah karena dia memilki harta yang banyak? atau mungkin dia memiliki banyak pengikut? atau mungkin dia hanya memilki kejujuran,kemauan untuk merubah sesuatu? bahkan mungkin dia memilki ketegasan dalam memimpin?. Contoh ini kita jadikan sosok pemimpin yang akan memenuhi kriteria. Pertama dia mampu namun tidak jujur/baik/amanah. Kedua dia baik,jujur dan amanah namun tidak mampu, sebab untuk memilih pemimpin yang jujur,baik dan amanah serta mampu sangat sulit apalagi mengingat saat ini sudah hampir tidak ada batasan yang jelas untuk memastikan siapapun yang cocok menjadi pilihan. Sebenarnya inilah yang perlu dipikirkan oleh masyarakat yang akan memilih, yang apa dan bagaimana yang kita inginkan? semua berpulang kepada si pemilih dan yang di pilih. Pemimpin ini sangat ditentukan oleh kondisi dan tempat dia berada(pengenalan) sebab jika seorang pemimpin tidak mengenal apa dan bagaimana yang akan dia pimpin, lantas bagaimana bisa menjalankan roda kepemimpinan, ibarat seorang supir yang tidak tahu kemana arah jalan, tidak tahu atau tidak mengerti jenis kendaraan apa yang dia bawa. Begitu juga dengan memimpin sebuah wilayah atau negara. Pasti semua pemimpin saat ini menganggap dirinya sudah memenuhi kriteria, bahkan ada yang menganggap dirinya pantas menjadi calon pemimpin, tentu perlu dibuktikan bisa untuk diberi peluang menjadi calon namun yang perlu di ingat point diatas tersebut. Jika kita tidak mengerti/tahu dan tidak mengenal kriterianya maka sama saja, pasti semua bisa lolos menjadi pilihan, sebab kembali lagi kepada dasar bernegara, berbangsa yang kesemua itu berdaulat antara masyarakat dan pemerintahannya, itulah makna bernegara dan berbangsa jika tidak seperti itu maka bukan negara namanya, melainkan kerajaan, bahkan kerajaan saja harus berdaulat dengan rakyatnya. Lantas apakah negara saat ini sudah berdaulat dengan rakyat? dulu mungkin bisa kita katakan berdaulat, namun sekarang sudah tidak lagi sebab sudah bergeser dari ke daulatan rakyat menjadi kedaulatan kepentingan individu, inilah yang salah, inilah yang harus diperbaiki, dan ini bukan asas bernegara ataupun berbangsa. Sebenarnya dimanapun Negara/Bangsa dibangun diatas pondasi kebersamaan,kesadaran untuk berubah menuju sesuatu yang lebih baik,lebih bersih dan berdaulat terhadap wilayah tersebut, apalagi Negara kita awal mulanya sangat-sangat dibawah tekanan/jajahan yang membuat kekayaan,kemakmuran dan kedaulatan rakyat tertindas dan dirampas. Oleh sebab itulah bersatunya kebersamaan dan kesadaran rakyat sangatlah menentukan terciptanya Negara/Bangsa ini terbebas,terlepas dari tekanan dan kembalinya ke daulatan rakyat. Sejarah berdirinya Negara tidak boleh dilupakan begitu saja oleh para penerusnya/generasi, sebab jika generasi penerus melupakan sejarah para pendahulunya maka akan tercipta jarak dan mengakibatkan ketidak stabilan dalam sebuah tatanan. Jika ini sudah selesai dan sudah kembali kepada asas bernegara, saya yakin siapa saja bisa menjadi pemimpin sebab kepemimpinan itu sudah bekal dalam diri setiap manusia yang tentunya sifat/watak kepemimpinan tersebut tidak mengenal batasan gender,culture sebab kata siapapun, untuk semua manusia dibumi ini. Kemampuan memimpin dengan baik/amanah sangat ditentukan oleh individual seseorang,oleh sebab itu perlu untuk generasi penerus menyadari dari mana dan mau kemana kita melangkah. Ilmu yang sudah di alami, sudah di terapkan dan di buktikan menjadi tolak ukur individual seseorang. Tolak ukur lainya yang tak boleh di lupakan adalah bahkan bisa membuat Ilmu tadi menjadi tak berguna adalah Hawa(QS Al Jaatsiyah/45 ayat 23-24: orang yang menjadikan hawanya sebagai tuhan akan menganggap semua perbuatannya baik,jujur padahal sebenarnya semua komponen dalam dirinya telah buta dan dibutakan oleh Allah yang mengakibatkan orang seperti ini takkan bisa terhidayahi/terbimbing sebab hawa sudah menjadi tuhannya dan membuatnya melupakan bahwa kehidupan ini ada akhirnya, ada masa pertanggung jawaban) bahkan ketika seseorang sudah menjadi pemimpin/khalifah diapun harus senantiasa berada diatas kebenaran dan keadilan(فَاحْكُمْ بِالْحَقِّ) sebagai wujud konsekwensinya tentu dia harus mampu menahan segala unsur hawa,keinginan(لاتَتَّبِعِ الْهَوَى) yang datang dari dirinya sendiri, itu bisa membuat seorang manusia yang memimpin tergelincir dari jalan dan jalur keadilan,kebenaran(QS Shaad 38 ayat 26).

اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُور
Allah sangat mengetahui apa saja yang ada didalam kesadaran(hati) kita.
Author by Fardhie

Tidak ada komentar: