Aku berlindung
pada-Mu yaa Robb dari keterbatasan litsanku, dan aku mohon ampun
yaa Ghofur dari perkataan yang dusta.
Gaya
hidup bebas dan hura-hura / party akan mengarahkan manusia pada titik
kekosongan jiwa. Begitu pula mereka yang lebih memilih kehidupan glamor segera
menemui titik jenuh. Mengapa bisa demikian? Sebab sudah menjadi kebiasaan / law
of nature sejak awal langit dan bumi tercipta. Bagaimana tidak! manusia yang
memiliki dua unsur dzat sudah menjadi kebiasaannya pula, dimana kedua unsur ini
bila tidak disingkronisasi sesuai kodratnya maka, pasti akan mengalami disturbance.
Bagaimana tidak! Kedua dzat ini akan menuntut haknya, atau
membawa manusia pada titik nol, sebagaimana mula dia tercipta, sebagaimana ‘alaqoh / darah
yang berubah menjadi daging, kemudian membentuk tulang dan dibalut lagi dengan
kulit dan sempurnalah wujudnya, kemudian diberi hidup atau ruh pada jasad
tersebut.
Bagaimana tidak! Semua makhluk hidup pasti mengalami ini
menjalani kebiasaan yang tak mungkin bisa lepas dari keterkaitan hukum alam / Sunnah.
Gaya
hidup yang bebas plus kesenangan sesaat sudah menjadi kebiasaan orang, malu dan
apa kata dunia bila tidak!. “lebih baik enjoy
ketimbang beban” “lebih memilih senang
daripada susah” “lebih dimudahkah
ketimbang sulit” “lebih baik kaya
ketimbang miskin”. Alasan-alasan ini pasti akan keluar dari mulut
manusia. Semua itu hanya alasan, semua alasan itu tidak diperdulikan oleh alam
dan hidup itu sendiri. Sebab kehidupan harus mengalami pasang surut, naik dan
turun, susah senang, diatas dan dibawah, tanpa harus memilih dan memilah menurut
selera masing-masing. Isilah wadah akal sebelum akal itu berfungsi, furqonlah
segala sesuatu yang telah di-ilmui agar duduk pada tempatnya tanpa merusak dan
mempengaruhi satu dengan lainnya.
Coba lihat ekses yang ditimbulkan oleh gaya hidup bebas plus glamor baru-baru ini
cukup membuat public tersentak. Dikarenakan banyak dari mereka yang mengaku
dirinya tokoh atau menokoh. Menunjukkan etika yang tak pantas, membuat namanya
tercemarpun dia sudah tak lagi perduli. Inilah hasil kebebasan itu, Inilah ciri
orang yang hidupnya mengikuti budaya glamor western, yang kehidupan mereka (western)
memang tidak mementingkan spiritual dan substansialnya. Party dan hura-hura
sudah merebak keseluruh penjuru bumi, kesemua ini dibawa dan diadopsi dari gaya hidup manusia yang
tak menyadari dan tak mengilmui dengan ilmu yang benar.
Barat dan Timur bila tidak saling tempur dan mempengaruhi untuk
menguasai, maka akan menciptakan keserasian dan
keselarasan yang indah, bak malam dan siang,
Lautan dan Daratan. Tempat matahari terbit dan terbenam sebenarnya memiliki
ciri khasnya masing-masing yang tidak bisa digantikan atau dirubah.
Bagaimana terbit dan terbenamnya matahari tidak ada campur tangan manusia. Maka
seperti itulah selayaknya budaya masing-masing wilayah/tempat tersebut. Jangan dirusak yang telah ada, tak perlu ikut campur tangan
dalam mengurusi kehidupan orang lain. Tak baik bila budaya sendiri
diabaikan. Boleh saja mengadopsi budaya barat/western, namun pilihlah yang baik,
yang cocok dengan geografis dan kultur ketimuran, begitu pula sebaliknya.
Hakikat hidup bukan menuruti selera, menjalani kehidupan
bukan sekedar jalan, bukan sekedar memenuhi kebutuhan jasmani, tidak hanya
terbatas ruang dan waktu bumi saja. Sebab semua itu baru satu unsur, baru
sekedar memenuhi ego insan semata. Ibarat waktu, anda
hanya baru berjalan pada siang hari saja, belum melalui malam dan belum menghadapi
sikon pada malam hari. Mungkinkah? Atau bisakah anda memilih dan memilah
waktu tersebut? Siang dan malam harus dilalui, susah dan senang hanya sarana
membuat kita dewasa, hidup dan matipun hanya tinggal menunggu giliran.
Jika dinamika yang di-ingini maka tidak perlu kehidupan yang
hura-hura / party, dinamis itu memang watak manusia dikarenakan ada dzat yang tak
terbatas, dzat tersebut berada dalam cangkang atau wadah yang terbatas. Maka sudah sewajarnya dzat / unsur tersebut mendesak untuk
mengaktualsisasikan yang memang sudah menjadi sifatnya. Namun bukan berarti keluar dari aturan dzat tersebut. Mengaktualisasikan
sumber daya yang tak terbatas pada diri kita harus dengan ilmu dan kedewasaan
hidup, agar ruh dalam diri kita tidak menjadi ruh yang penasaran dan terhindar
dari ruh yang kentayangan.
Oleh sebab itulah makanya manusia harus senantiasa
mengontrol dirinya dikarenakan dzat yang tak terbatas tadi membutuhkan
penetralan, agar tidak salah kaprah dan mempengaruhi keseluruhan lembaga /
anfus kita sendiri. Daya kontrol sudah menjadi keharusan pada seorang manusia
yang didalam dirinya memiliki aqal
dan qolbu tuk selalu
bisa mengendalikan dan sesuai, selaras dengan dzat yang tak terbatas tersebut.
Mengenal dan mema’rifati diri plus semua perangkatnya sudah menjadi kewajiban
dan tidak bisa tidak. Banyak fungsi pada setiap komponen nafs manusia yang
seyogiyanya di kenali. Bahkah Robb
itu sendiri memerintahkan kita untuk memperhatikan dan mempelajari asal usul
manusia tercipta.
undzur
secara etimologi bahasa berarti memperhatikan, meriset dan mengeksplorasi.
Maka sudah seharusnya kita untuk lebih memperhatikan lagi tentang
keberadaan semua unsur yang ada pada diri. Setelah kita memperhatikan proses
penciptaan tersebut maka kenalilah dirimu yang dho’if.
Keterbatasan atau dho’if
pada manusia memang harus ada, sebab dengan adanya sifat dho’if tersebutlah kita menjadi
sadar diri serta porsional dan proporsional.
Dan masih banyak lagi perintah langsung dari Sang Maha Aku الله yang sengaja Dia berikan untuk
makhluknya agar mau mengambil pelajaran demi terciptanya insan yang sempurna dan
paripurna. Yang takkan usang dilanda zaman, takkan
larut diterpa badai tetap bertahan dan senantiasa istiqomah.
Author by Fardhie